Indicator MACD

Titik 1 : Harga bergerak menembus BB Lower ( Bollinger Band Sisi Bawah ) dengan arah ke bawah, dan selanjutnya diikuti dengan gerakan ke atas. Selanjutnya ..... Titik 2 : Candle warna biru (bullish) menggambarkan harga bergerak naik dan menembus BB Lower dengan arah ke atas. Pada area ini, sinyal buy mulai terlihat.. Entry buy dengan Stop Loss pada area di bawah level low intraday nya.
Titik 3 : Aktifkan Trailing Stop pada titik ini.
Titik 4 : Exit /Close posisi karena harga kembali bergerak menembusi BB Mid dengan arah ke bagian bawahnya

Pada kasus ini, hasil pada gerakan seperti yang digambarkan pada grafik pair disebelah atas ini lebih jelas dan membuka peluang keuntungan lebih besar daripada apa yang di gambarkan pada grafik ilustrasi untuk Kasus 1.

Titik 1: menggambarkan bahwa level harga yang digambarkan dengan grafik candle telah berhasil menembus Bollinger Bands (BB) Upper (Bollinger Band Sisi Atas ) serta selanjutnya bergerak turun.
Titik 2 : menggambarkan peluang Sell pada area ini ketika pair bergerak menembusi level low intraday -nya. Area ini bagus untuk menempatkan posisi kita pada entry Sell dengan Stop Loss di atas level high intraday-nya .
Titik 3 : Pada level ini, gerakan berhasil menembus ke bawah BB Mid ( Bollinger Band Tengah = 20 SMA). Aktifkan Trailing Stop pada gerakan ini.
Titik 4 : Perhatikan grafik harga kembali naik ke atas BB Mid nya. Ketika gerakan ini terjadi, keputusan close position adalah keputusan bijak.

Margin buying is buying securities with some of one's own cash together with cash borrowed from a broker. This has the effect of magnifying any profit or loss made on the securities. The securities serve as collateral for the loan. The net value, i.e. the difference between the value of the securities and the loan, is initially equal to the own cash used. This difference has to stay above a minimum margin requirement. This is to protect the broker against a fall in the value of the securities to the point that they no longer cover the loan.

In the 1920s, margin requirements were loose. In other words, brokers required investors to put in very little of their own money. When stock markets plummeted, the net value of the positions rapidly fell below the minimum margin requirements, forcing investors to sell their positions. This was one important factor contributing to the Stock Market Crash of 1929, which in turn contributed to the Great Depression.